Kesalehan Sehari-hari
Banyak cara mengukur, apakah kita melaksanakan kesalehan kita dalam kehidupan sehari-hari? Dalam kehidupan lahiriyah saja, misalnya, kita bisa mengukur apakah ibadah lahiriyah kita terjaga dengan tertib, istiqomah dan tanpa beban? Apakah hak-hak orang miskin, yatim, tetangga, orang yang sakit, orang teraniaya juga anda pedulikan?
Lalu dalam soal keimanan kita, rasa yakin kita kepada Allah dan harapan kita kepadaNya, apakah menjadi nuansa urgen dalam gerak-gerik batin kita? Benarkah kita sudah bertauhid dalam arti sebenarnya? Seberapa banyak kita memunculkan berhala dalam hati dan seberapa sering kita menumbangkan dan menyingkirkan berhala-berhala itu?
Banyak cara mengukur, apakah kita melaksanakan kesalehan kita dalam kehidupan sehari-hari? Dalam kehidupan lahiriyah saja, misalnya, kita bisa mengukur apakah ibadah lahiriyah kita terjaga dengan tertib, istiqomah dan tanpa beban? Apakah hak-hak orang miskin, yatim, tetangga, orang yang sakit, orang teraniaya juga anda pedulikan?
Lalu dalam soal keimanan kita, rasa yakin kita kepada Allah dan harapan kita kepadaNya, apakah menjadi nuansa urgen dalam gerak-gerik batin kita? Benarkah kita sudah bertauhid dalam arti sebenarnya? Seberapa banyak kita memunculkan berhala dalam hati dan seberapa sering kita menumbangkan dan menyingkirkan berhala-berhala itu?
Apakah kita juga terus berjuang membersihkan hati kita dari pengaruh
syetan dan hawa nafsu? Apakah akhlaq qalbu kita memancarkan ornament
keindahan hati, seperti taubat, zuhud, khusyu’, tawakkal, sabar, syukur,
taqwa, rasa takut penuh harap, ridho, cinta dan senantiasa menjaga hati
dengan dzikrullah?
Bagaimana dengan rahasia sejati batin kita? Benarkah kita ber-musyahadah pada Allah dalam keseharian kita, dan jika pasang surut, apakah anda juga terus ber-muroqobah (memfokuskan hati untuk hadir di hadapanNya)? Inilah dunia para ‘arifin, yang harus juga menjaga ma’rifatullah-nya sebagai wujud Sholat Wustho-nya, selamanya. Wallahu’alam.
Bagaimana dengan rahasia sejati batin kita? Benarkah kita ber-musyahadah pada Allah dalam keseharian kita, dan jika pasang surut, apakah anda juga terus ber-muroqobah (memfokuskan hati untuk hadir di hadapanNya)? Inilah dunia para ‘arifin, yang harus juga menjaga ma’rifatullah-nya sebagai wujud Sholat Wustho-nya, selamanya. Wallahu’alam.